BERANDAKOTA— Tingginya intensitas curah hujan akhir-akhir ini yang menyebabkan banjir di Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan (Bolsel) dan Bolaang Mongondow (Bolmong), diprediksi bakal berdampak pada kenaikan harga beras.
Kecamatan Dumoga yang dikenal sebagai wilayah lumbung beras yang saat ini menjadi titik bencana banjir di Kabupaten Bolmong. Daerah ini merupakan tumpuan penghasil pangan di Bolmong Raya, bahkan di Provinsi Sulawesi Utara (Sulut).
Seperti diketahui, bencana alam merupakan bagian dari shock economy, selain berupa turunnya harga komoditas bencana juga mempengaruhi arus modal yang cepat keluar. Hal ini sempat disampaikan dalam bukunya Prof. Boediono yg berjudul “Ekonomi Indonesia”.
Menurut Fadil Maengkom, Local coordinator Students for liberty (SFL) yang merupakan organisasi nirlaba yang berpusat di Virginia, Amerika Serikat, mengatakan, dilihat dari sisi efek ekonomi bencana alam yang terjadi di Kabupaten Bolmong bisa berdampak pada menurunnya produksi beras dalam segi kuantitas dan kualitas. “Ini akan menjadi salah satu indikator yang mempengaruhi harga,” terang Fadil kepada berandakota.com.
Menurutnya, penurunan produksi serta terputusnya jalur pendistribusian beras, bakal berpotensi menimbulkan kenaikan harga beras. “Tentu bakal berakibat pada penjualan beras. Di tengah krisis seperti ini, kita tentu membutuhkan cadangan pangan yang lebih dalam memenuhi kebutuhan dasar masyarakat. Untuk itu, proses recovery harus segera dilakukan, terutama untuk perbaikan jalur distribusi. hal ini sangat penting apalagi untuk para korban bencana dalam menerima bantuan logistik dari luar,” terang Fadil.
Bagi Fadil, yang harus dilakukan oleh pemerintah untuk mengantispasi terjadinya kenaikan harga beras adalah operasi pasar. “Selain itu, melakukan koordinasi dengan Perum Bulog dalam percepatan penyerapan pangan,” tutur Fadil.
Sementara itu, dari pantauan berandakota.com di Pasar 23 Maret, para pedagang beras hingga kini masih menjual beras dengan harga normal. Beras berjenis Superwin, Serayu, masih dijual diangka Rp 11.000 per kilogramnya. Sedangkan jenis beras lainnya masih dijual dengan harga Rp 10.000 sampai Rp 11.500.
Kepala Dinas Perdagangan Koperasi dan UKM (Diperindagkop UKM), Herman Aray S.IP, saat dimintai tanggapan mengatakan, kini mereka terus melakukan pemantauan di sejumlah pasar terkait harga jual beras. “Sampai saat ini pergerakan harga beras belum menunjukan kenaikan. Dikalangan distributor pun masih meberlakukan harga yang biasa, begitupun bagi pedagang eceran,” terang Aray. (San)