Irigasi Jebol, Petani di Empat Desa Bolmong Terancam Gagal Panen, Sulhan Nilai Pemprov Sulut Tidak Responsif

Bolmong, DPRD, Terkini35 views

SULAWESI.NEWS, BOLMONG – Ancaman gagal panen menghantui para petani di empat desa di Kecamatan Sangtombolang, Kabupaten Bolaang Mongondow (Bolmong), akibat kerusakan saluran irigasi primer yang belum juga diperbaiki.

Saluran yang selama ini menjadi sumber utama pengairan areal persawahan di Desa Cempaka, Ayong, Babo, dan Bumbung, telah jebol selama hampir dua bulan. Akibatnya, suplai air ke lahan pertanian terganggu, membuat petani cemas akan nasib tanaman padi mereka yang belum memasuki masa panen.

Kepala Desa Cempaka, Ronal Hasan, menyebutkan bahwa inisiatif perbaikan sementara dilakukan oleh para petani dengan dukungan dari Wakil Ketua DPRD Bolmong, Sulhan Manggabarani, yang turut mengerahkan alat berat dan tenaga masyarakat untuk menambal bagian irigasi yang rusak.

“Inisiatif ini dilakukan karena tanaman padi kami terancam. Kalau tidak segera ditangani, bisa gagal panen,” ujar Ronal.

Sayangnya, upaya masyarakat belum mendapat dukungan memadai dari instansi teknis. Ronal mengaku telah berkali-kali mengajukan usulan perbaikan ke Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Sulawesi Utara, khususnya kepada Kepala Bidang Sumber Daya Air. Namun, hingga kini, belum ada tindak lanjut berarti.

“Mereka sudah datang mengukur, tapi setelah itu tidak pernah kembali untuk perbaikan. Tidak ada kejelasan,” tambahnya.

Kritik tajam juga datang dari legislator muda Partai Golkar, Sulhan Manggabarani. Ia menyayangkan sikap pemerintah provinsi yang dinilai lamban dan tidak responsif terhadap kebutuhan petani di Bolmong.

“Pemerintah pusat terus mendorong sektor pertanian, tapi perhatian di tingkat provinsi justru minim. Ini soal ketahanan pangan, dan semestinya menjadi prioritas,” tegas Sulhan.

Kondisi ini menyoroti pentingnya keseriusan pemerintah dalam menjaga infrastruktur pendukung pertanian, terlebih di wilayah yang mengandalkan pertanian sebagai sumber utama penghidupan. Jika tak segera ditangani, potensi kerugian ekonomi bagi petani bisa sangat besar.(*)

Tinggalkan Balasan