SULAWESI.NEWS, NASIONAL – Sariamin Ismail lahir di Talu, Sumatera Barat, pada 31 Juli 1909. Mengutip Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin, pada 1921, Sariamin menempuh sekolah dasar (Gouvemement School) dan lulus dalam waktu 5 tahun. Kemudian, ia melanjutkan pendidikan di sekolah guru (Meisjes Normaal School) dan lulus pada 1925. Menginjak usia 16 tahun tulisannya mulai diterbitkan di beberapa surat kabar lokal.
Sariamin Ismail merupakan penulis angkatan Pujangga Baru.Nama Pena Selasih menjadi sangat popular sejak terbitnya novelnya Kalau Tak Untung pada tahun 1933. Ia memakai nama samaran itu dan mencatat sejarah sebagai novel pertama di Indonesia yang ditulis oleh perempuan. Novel Kalau Tak Untung memuat penolakan terhadap tradisi Indonesia yang dianut secara luas, seperti perjodohan. Sariamin mengungkapkan gagasannya yang kontroversial yang menjadi ciri karyanya sepanjang kariernya. Ismail juga mulai menerbitkan cerita di Soeara Kaoem Iboe Soematra, sebuah majalah perempuan lokal yang mempromosikan nilai-nilai keluarga inti yang kontras dengan konvensi hubungan saat itu ditahun 1937.
Penggunaan nama samaran ini demi melindunginya dari tangkapan Belanda karena dianggap banyak tulisannya di surat kabar berisi perlawanan terhadap kebijakan pemerintah kolonial serta menghasut masyarakat.
Dia mengajar hingga akhir 60-an dan terus menulis hingga pertengahan 90-an. Sampai akhirnya, Sariamin mengembuskan napas terakhir pada tahun 1995. Semasa hidupnya, Sariamin membuat banyak antologi puisi, novel, dan bahkan dua cerita anak-anak.
Untuk diketahui, ilustrasi Google Doodle hari ini merupakan karya dari seniman Indonesia bernama Ayang Cempaka untuk merayakan ulang tahun ke-112 novelis perempuan pertama indonesia. Tampak seorang perempuan memakai baju khas Minangkabau bernuansa merah dan merah muda. Ia digambarkan sedang menulis pada setumpuk kertas. Sementara di sekitarnya terdapat daun hijau yang menjalar membantuk tulisan Google.
Sumber : KOMPAS.com