oleh

8 Tahun Ditekuni, Pengusaha Jasa Cuci Karpet “Algifari” Meraup Jutaan Rupiah Per Bulan

SULAWESINEWS, KOTAMOBAGU – Kebanyakan rumah menjadikan karpet sebagai alas berbagai aktivitas. Sayangnya, banyak yang kesulitan untuk merawat dan membersihkannya.

Untuk mengatasi masalah tersebut, jasa cuci karpet hadir menjadi solusi. Semakin banyak memanfaatkan jasa tersebut maka berpeluang menjadi bisnis yang memiliki prospek yang cukup cerah. Omzetnya bisa mencapai jutaan rupiah dalam sebulan.

Menyambung hal itu, seperti yang dilakukan Sutanto Amboy, warga Desa Poyowa Besar II, Kecamatan Kotamobagu Selatan, Kota Kotamobagu, Sulawesi Utara (Sulut), yang menekuni usaha jasa cuci karpet atau istilah populer Laundry.

“Sudah 8 tahun lamanya, saya jalani usaha ini. Alhamdulillah sampai sekarang masih tetap lancar dan belum ada keluhan dari konsumen karena merasa tidak puas,”

“Saya bersyukur atas apa yang sudah saya dapatkan dari hasil usaha ini. Alhamdulillah setiap dua pekan bisa sampai Rp 1,5 Juta hasil yang didapat, pendapatan itu juga tidak tetap, tidak bisa dipastikan kestabilan hasilnya karena tergantung jumlah karpet yang masuk. Kalau dalam sebulan biasanya omzet 2 sampai 3 juta, itu pun relatif,” kata Sutanto, kepada media ini saat diwawancarai di rumahnya, pada Jumat (26/02/2021).

Dirinya mengaku, bahwa sebelum memulai proses mencuci karpet, ia harus mengeluarkan uang kurang lebih sebanyak Rp 100 ribu untuk membeli keperluan mencuci.

“Untuk mencuci karpet saya harus beli deterjen, pewangi selusin, plastik pembungkus karpet yang sudah kering, dan bahan bakar minyak sebanyak 3 liter setengah. Ini untuk digunakan dalam kapasitas mencuci 10 lembar karpet. Kalau karpetnya berjumlah banyak, tentu lebih dari itu uang yang harus dikeluarkan,” katanya.

Adapun harga sewa jasanya, ia mematok harga sesuai ukuran lembar karpet bukan kiloan.

“Kalau yang ukuran paling kecil Rp 35 sampai Rp 50 ribu, yang sedang Rp 65 sampai Rp 75 ribu, dan yang ukuran besar Rp 100 ribu,” kata Sutanto.

Meski begitu, dirinya berharap ada sentuhan dari Pemerintah Kota (Pemkot) Kotamobagu untuk mengembangkan usaha tersebut.

“Saya berharap ada perhatian dari Pemerintah, karena meskipun usaha ini sudah menahun dijalani namun masih sangat terbatas dengan alat memadai yang layak pakai. Saat ini saya kesulitan mesin pengering karpet, terlebih disaat musim hujan, butuh 4-5 hari pengeringan karpet. Ada pun saya gunakan saat ini adalah alat pengering karpet rakitan yang di ambil dari alat mesin pertanian kemudian dirakit sendiri,” kata Sutanto.

Penulis : Febri Limbanon

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *